Laman

Jumat, 07 Juni 2013

Tugas #GWA02

Hai hai...kali ini saya akan berbagi tugas #GWA02 saya. Masih seperti sebelumnya yang aneh bin gajebo, maklum masih belajar. So, enjoy it Photobucket

Tugas #GWA02

1. Tulislah sebuah kisah 450-500 kata yang menceritakan adegan di bawah ini:
Kamu bergegas menyusuri lorong menuju ruang gawat darurat. Masih tidak percaya, hal seburuk ini bisa terjadi. Rasanya baru saja kemarin, kamu dan sahabatmu duduk di sebuah kafe, berbincang-bincang sambil mendengarkan lagu kesukaan kalian – lagu yang telah mewarnai persahabatan kalian selama bertahun-tahun. Kini lagu yang sama terdengar sayup-sayup, mengiringi langkahmu saat menuju ruang gawat darurat.

2. Tuliskan sebuah kisah 450-600 kata yang menceritakan reaksimu terhadap situasi di bawah ini:
Pada suatu pagi, seseorang mengetuk pintu rumahmu. Setengah mengantuk, kamu berjuang bangun untuk membukakan pintu. Di hadapanmu, berdirilah pria/wanita yang selama ini menjadi bagian dari mimpi-mimpimu. Ia tersenyum dan bertanya, apakah kamu bersedia menemaninya sarapan. Apa reaksimu?

Dan inilah tugas #GWA02 saya.

Seandainya Waktu Bisa Diputar Kembali

Belum sampai dua puluh empat jam yang lalu, aku masih mendengar suara tawanya yang renyah itu berderai indah di telingaku. Dan kini aku ada di sini. Di depan kemudiku menyetir dengan panik menuju rumah sakit. Saking paniknya, aku sampai tidak sadar tadi telah menorebos lampu merah dan hampir tertabrak mini bus. Aku tidak peduli dengan sumpah serapah yang sopir mini bus itu lontarkan kepadaku. Semuanya hanya terdengar bagaikan hembusan angin bagiku. Karena saat ini konsentrasiku hanya terpaku pada satu hal. Alena yang sedang meregang nyawa di Unit Gawat Darurat.

kesehatan.kompasiana.com
Aku memarkir mobilku dengan asal-asalan di tempat parkir rumah sakit, sampai-sampai seorang petugas parkir menghampiriku dan menegurku untuk memarkir dengan benar. Ingin rasanya aku memaki petugas perkir itu karena telah menghambat waktuku untuk segera menemui Alena, sahabat sekaligus tetanggaku sejak kecil, dan mungkin sebentar lagi akan menjadi kekasihku. Tapi aku sadar, sebenarnya aku lah yang salah karena tadi memarkir mobil dengan asal-asalan. 

Aku segera bergegas menyusuri koridor rumah sakit menuju ruang gawat darurat. Tidak terlalu sulit menemukan Alena, karena hampir semua orang yang ada di situ tahu, Alena adalah salah satu korban dari taksi yang masuk jurang satu jam yang lalu, selain sopir taksi itu sendiri tentunya. Penyebab kecelakaan itu masih diteliti pihak yang berwajib, tapi ada dugaan karena sopir taksi itu mengantuk. Selain itu, ditemukan juga bahwa kampas rem taksi yang dikendarai sopir itu dan Alena sudah sangat tipis. Sehingga tidak bisa menahan laju kendaraan yang saat itu melaju sangat kencang.

Rasa tak percaya masih menghinggapiku. Rasanya baru kemarin kami berjanji bertemu di ‘Melody Café’, kafe favoritnya. Di kafe dengan desain atap kaca miring dan desain interior minimalis yang dirancang dari kayu. Cahaya matahari sore yang kemerahan masuk melalui celah-celah atap kaca membuat suasana kafe itu terasa hangat dan nyaman. Di sudut ruangan terdapat sebuah panggung kecil lengkap dengan seperangkat alat musik yang menyertainya.

Di kafe itu kami memesan minuman yang sama, vanilla latte dan tentu saja cake kesukaan Alena saat ini. Cake dengan tujuh warna pelangi. Ya benar, Alena sangat suka rainbow cake. Dan dia terus memaksaku untuk memakannya. Tapi aku terus pada pendirianku untuk tidak memakannya karena aku tidak terlalu suka makan makanan yang terlalu manis.

Tapi sekarang semuanya berbeda. Bibir yang kemarin masih menyunggingkan senyum manis itu kini tampak pucat membiru dengan banyak alat bantu pernafasan yang menyertainya. Bibirnya kemarin masih bersenandung riang menyanyikan lagu I Remember milik Mocca itu kini hanya terdiam membisu tanpa sepatah kata pun.

Rasa sesal melingkupiku. Kenapa kemarin aku menolak mengantarnya? Kenapa aku lebih mementingkan pekerjaanku dari pada dirinya? Dan rasa sesal itu semakin mendalam karena aku belum berani mengungkapkan perasaanku kepadanya yang telah aku pendam beberapa tahun ini. 

Rasanya ingin sekali memutar waktu kebelakang. Di saat kami kemarin masih tertawa bersama di kafe. Di saat dia masih tersenyum manis untukku. Di saat semuanya masih baik-baik saja. Dan saat itu pula aku akan menyatakan perasaanku padanya.
***

Seperti sebelumnya, tugas nomor dua ada dipostingan berikutnya. See you Photobucket

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Leave your comments here